majapahit2010

Selasa, 26 April 2011

MAJAPAHIT (1)

MAJAPAHIT SELAYANG PANDANG

Babad Tanah Jawi
Babad Tanah Jawi menyebut nama asli Brawijaya adalah Raden Alit. Ia naik tahta menggantikan ayahnya yang bernama Prabu Bratanjung, dan kemudian memerintah dalam waktu yang sangat lama, yaitu sejak putra sulungnya yang bernama Arya Damar belum lahir, sampai akhirnya turun takhta karena dikalahkan oleh putranya yang lain, yaitu Raden Patah yang juga saudara tiri Arya Damar.

Brawijaya memiliki permaisuri bernama Ratu Dwarawati, seorang muslim dari Campa. Jumlah selirnya banyak sekali. Dari mereka, antara lain, lahir Arya Damar bupati Palembang, Raden Patah bupati Demak, Batara Katong bupati Ponorogo, serta Bondan Kejawan leluhur raja-raja Kesultanan Mataram. 
Sementara itu Serat Kanda menyebut nama asli Brawijaya adalah Angkawijaya, putra Prabu Mertawijaya dan Ratu Kencanawungu. Mertawijaya adalah nama gelar Damarwulan yang menjadi raja Majapahit setelah mengalahkan Menak Jingga bupati Blambangan. 
Sementara itu pendiri Kerajaan Majapahit versi naskah babad dan serat bernama Jaka Sesuruh, bukan Raden Wijaya sebagaimana fakta yang sebenarnya terjadi. Menurut Serat Pranitiradya, yang bernama Brawijaya bukan hanya raja terakhir saja, tetapi juga beberapa raja sebelumnya. Naskah serat ini menyebut urutan raja-raja Majapahit ialah:
  1.         * Jaka Sesuruh bergelar Prabu Bratana
  2.         * Prabu Brakumara
  3.         * Prabu Brawijaya I
  4.         * Ratu Ayu Kencanawungu
  5.         * Prabu Brawijaya II
  6.         * Prabu Brawijaya III
  7.         * Prabu Brawijaya IV
  8.         * dan terakhir, Prabu Brawijaya V
Sering terjadi kesalah pahaman dgn menganggap Brawijaya (bhre Kerthabumi) sebagai Dyah Ranawijaya, yang menyerang keraton Trowulan, dan memindahkan Ibukota Kerajaan ke Kediri atau Daha. 
Asal usul nama
Meskipun sangat populer, nama Brawijaya ternyata tidak pernah dijumpai dalam naskah Pararaton ataupun prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, perlu diselidiki dari mana para pengarang naskah babad dan serat memperoleh nama tersebut.
Nama Brawijaya berasal dari kata Bhra Wijaya. Gelar bhra adalah singkatan dari bhatara, yang bermakna "baginda". Sedangkan gelar bhre yang banyak dijumpai dalam Pararaton berasal dari gabungan kata bhra i, yang bermakna "baginda di". Dengan demikian, Brawijaya dapat juga disebut Bhatara Wijaya.
Menurut catatan Tome Pires yang berjudul Suma Oriental, pada tahun 1513 di Pulau Jawa ada seorang raja bernama Batara Vigiaya. Ibu kota kerajaannya terletak di Dayo. Pemerintahannya hanya bersifat simbol, karena yang berkuasa penuh adalah mertuanya yang bernama Pate Amdura.
Batara Vigiaya, Dayo, dan Pate Amdura adalah ejaan Portugis untuk Bhatara Wijaya, Daha, dan Patih Mahodara.Tokoh Bhatara Wijaya ini kemungkinan identik dengan Dyah Ranawijaya yang mengeluarkan prasasti Jiyu tahun 1486, di mana ia mengaku sebagai penguasa Majapahit, Janggala, dan Kadiri. Pusat pemerintahan Dyah Ranawijaya terletak di Daha. Dengan kata lain, saat itu Daha adalah ibu kota Majapahit.
Babad Sengkala mengisahkan pada tahun 1527 Kadiri atau Daha runtuh akibat serangan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak. Tidak diketahui dengan pasti apakah saat itu penguasa Daha masih dijabat oleh Bhatara Ranawijaya atau tidak. Namun apabila benar demikian, berarti Ranawijaya merupakan raja Daha yang terakhir.
Mungkin Bhatara Ranawijaya inilah yang namanya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa sebagai raja Majapahit yang terakhir, yang namanya kemudian disingkat sebagai Brawijaya. Namun, karena istilah Majapahit identik dengan daerah Trowulan, Mojokerto, maka Brawijaya pun "ditempatkan" sebagai raja yang memerintah di sana, bukan di Daha.
Kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan menurut ingatan masyarakat Jawa berakhir pada tahun 1478. Oleh karena itu, Brawijaya pun dikisahkan meninggal pada tahun tersebut. Padahal Bhatara Ranawijaya diketahui masih mengeluarkan prasasti Jiyu tahun 1486. Rupanya para pujangga penulis naskah babad dan serat tidak mengetahui kalau setelah tahun 1478 pusat Kerajaan Majapahit berpindah dari Trowulan menuju Daha.
Bhre Kertabhumi dalam Pararaton
Pararaton hanya menceritakan sejarah Kerajaan Majapahit yang berakhir pada tahun 1478 Masehi (atau tahun 1400 Saka). Pada bagian penutupan naskah tersebut tertulis:
Bhre Pandansalas menjadi Bhre Tumapel kemudian menjadi raja pada tahun Saka 1388, baru menjadi raja dua tahun lamanya kemudian pergi dari istana anak-anak Sang Sinagara yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan yang bungsu Bhre Kertabhumi terhitung paman raja yang meninggal dalam istana tahun Saka 1400.
Kalimat penutupan Pararaton tersebut terkesan ambigu.Tidak jelas siapa yang pergi dari istana pada tahun Saka 1390, apakah Bhre Pandansalas ataukah anak-anak Sang Sinagara. Tidak jelas pula siapa yang meninggal dalam istana pada tahun Saka 1400, apakah Bhre Kertabhumi, ataukah raja sebelumnya.
Teori yang cukup populer menyebut Bhre Kertabhumi sebagai tokoh yang meninggal tahun 1400 Saka (1478 Masehi). Teori ini mendapat dukungan dengan ditemukannya naskah kronik Cina dari kuil Sam Po Kong Semarang yang menyebut nama Kung-ta-bu-mi sebagai raja Majapahit terakhir. Nama Kung-ta-bu-mi ini diperkirakan sebagai ejaan Cina untuk Bhre Kertabhumi.
Sementara itu dalam Serat Kanda disebutkan bahwa, Brawijaya adalah raja terakhir Majapahit yang dikalahkan oleh Raden Patah pada tahun Sirna ilang KERTA-ning BUMI, atau 1400 Saka. Atas dasar berita tersebut, tokoh Brawijaya pun dianggap identik dengan Bhre Kertabhumi atau Kung-ta-bu-mi. Perbedaannya ialah, Brawijaya memerintah dalam waktu yang sangat lama sedangkan pemerintahan Bhre Kertabhumi relatif singkat.
Kung-ta-bu-mi dalam Kronik Cina
Naskah kronik Cina yang ditemukan dalam kuil Sam Po Kong di Semarang antara lain mengisahkan akhir Kerajaan Majapahit sampai berdirinya Kerajaan Pajang.
Dikisahkan, raja terakhir Majapahit bernama Kung-ta-bu-mi. Salah satu putranya bernama Jin Bun yang dibesarkan oleh Swan Liong, putra Yang-wi-si-sa dari seorang selir Cina. Pada tahun 1478 Jin Bun menyerang Majapahit dan membawa Kung-ta-bu-mi secara hormat ke Bing-to-lo.
Kung-ta-bu-mi merupakan ejaan Cina untuk Bhre Kertabhumi. Jin Bun dari Bing-to-lo adalah Panembahan Jimbun alias Raden Patah dari Demak Bintara. Swan Liong identik dengan Arya Damar. Sedangkan Yang-wi-si-sa bisa berarti Hyang Wisesa alias Wikramawardhana, atau bisa pula Hyang Purwawisesa. Keduanya sama-sama pernah menjadi raja di Majapahit.
Menurut Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, tokoh Arya Damar adalah anak Brawijaya dari seorang raksasa perempuan bernama Endang Sasmintapura. Jadi, Arya Damar adalah kakak tiri sekaligus ayah angkat Raden Patah.
Menurut kronik Cina di atas, Raden Patah adalah putra Bhre Kertabhumi, sedangkan Swan Liong adalah putra Hyang Wisesa dari seorang selir berdarah Cina. Kisah ini terkesan lebih masuk akal daripada uraian versi babad dan serat.
Selanjutnya dikisahkan pula, setelah kekalahan Kung-ta-bu-mi, Majapahit pun menjadi bawahan Demak. Bekas kerajaan besar ini kemudian diperintah oleh Nyoo Lay Wa, seorang Cina muslim sebagai bupati. Pada tahun 1486 Nyoo Lay Wa tewas karena unjuk rasa penduduk pribumi. Maka, Jin Bun pun mengangkat iparnya, yaitu Pa-bu-ta-la, menantu Kung-ta-bu-mi, sebagai bupati baru.
Tokoh Pa-bu-ta-la identik dengan Prabhu Natha Girindrawardhana alias Dyah Ranawijaya dalam prasasti Jiyu 1486. Jadi, menurut berita Cina tersebut, Dyah Ranawijaya alias Bhatara Wijaya adalah saudara ipar sekaligus bupati bawahan Raden Patah. Dengan kata lain, Bhra Wijaya adalah menantu Bhre Kertabhumi menurut kronik Cina. 
Teori keruntuhan Majapahit
Peristiwa runtuhnya Kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan, Mojokerto diyakini terjadi pada tahun 1478, namun sering diceritakan dalam berbagai versi, antara lain:
Raja terakhir adalah Brawijaya. Ia dikalahkan oleh Raden Patah dari Demak Bintara. Konon Brawijaya kemudian masuk Islam melalui Sunan Kalijaga. Ada pula yang mengisahkan Brawijaya melarikan diri ke Pulau Bali. Meskipun teori yang bersumber dari naskah-naskah babad dan serat ini uraiannya terkesan khayal dan tidak masuk akal, namun sangat populer dalam masyarakat Jawa.
Raja terakhir adalah Bhre Kertabhumi. Ia dikalahkan oleh Raden Patah. Setelah itu Majapahit menjadi bawahan Kesultanan Demak. Teori ini muncul berdasarkan ditemukannya kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong Semarang.
Raja terakhir adalah Bhre Kertabhumi. Ia dikalahkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhatara Wijaya. Teori ini muncul berdasarkan penemuan prasasti Petak yang mengisahkan pernah terjadi peperangan antara keluarga Girindrawardhana melawan Majapahit.
Raja terakhir adalah Bhre Pandansalas yang dikalahkan oleh anak-anak Sang Sinagara. Teori ini muncul karena Pararaton tidak menyebutkan secara jelas apakah Bhre Kertabhumi merupakan raja terakhir Majapahit atau bukan. Selain itu kalimat sebelumnya juga terkesan ambigu, apakah yang meninggalkan istana pada tahun 1390 Saka (1468 Masehi) adalah Bhre Pandansalas, ataukah anak-anak Sang Sinagara. Teori yang menyebut Bhre Pandansalas sebagai raja terakhir mengatakan kalau pada tahun 1478, anak-anak Sang Sinagara kembali untuk menyerang Majapahit. Jadi, menurut teori ini, Bhre Pandansalas mati dibunuh oleh Bhre Kertabhumi dan sudara-saudaranya pada tahun 1478. 
Pemakaian nama Brawijaya
Meskipun kisah hidupnya dalam naskah babad dan serat terkesan khayal dan tidak masuk akal, namun nama Brawijaya sangat populer, terutama di daerah Jawa Timur.
Hampir setiap kota di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur menggunakan Brawijaya sebagai nama jalan. Nama Brawijaya juga diabadikan menjadi nama suatu perguruan tinggi negeri di Kota Malang, yaitu Universitas Brawijaya. Juga terdapat Stadion Brawijaya dan Museum Brawijaya di kota yang sama. Di samping itu kesatuan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang meliputi daerah Jawa Timur dikenal dengan nama Kodam V/Brawijaya.
Babad Tanah Jawi, merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.
Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18.
Buku ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.
Banyak versi

Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.

Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722.
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.
Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874 ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.
Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.

SERAT BABAT TANAH JAWI (Versi PAkubowono VI)

 Munggeng sarkara ring ukara nis,
sasmita tan sumukeng pustaka,
kang tyas rujit karejete,
lir antaka kawantu ,
Murwisesaning Yyang kaeksi,
kang nitah amamatah,
ing boga sawegung,
kang amurwa sifat purba,
kang ambagi sagala isining bumi
nimpuni paripudya.

Kang asih mring rahsanya ngasihi,
mangka manggala para dinuta,
diperig rat wuryaning rate,
respatikang rinasul,
warana ris nayakeng bumi,
kuneng awit kawangwang,
wawangson winangun,
rawining rat nusa Jawa,
kinarsakken dinawa supaya dadi,
manfangat winasiyat.

Mangka pangenget amemengeti,
wajib sajarahing tanah Arab,
tuhu ing Jawa tan pae,
pamilanging luluwur,
pan ingunikalimosadi,
pusaka pinustaka,
ing karsa sang prabu,
Pakubuwana kaping pat,
pinrih aja parbatan wit carita di,
ayya nanggung rekasa.

Rikang nalika mreteng palupi,
limalas Ngakhad Rabiyulawal,
kanem mangsa lifwarsane,
Von wuku Julungarum,
margeng nata kaswareng dasih,
pareng ingkang sengkala,
mugya Hyang Aruhur,
marma martana nugraha,
mawantua safangat si murteng bumi,
mring sang kretarteng praja.

Purwaning wasita kang tinati,
sajarahing nata kina-kina,
ing nusya ]awa babade,
dhihin ingkang luluhur,
Nabi Adam putra Esis,
Esis putra Nurcahya,
Nurcahya asunu,
iya mangaran Nurrasa,
sang Nurrasa ya aputra sanghyang,
Wening aputra sanghyang Tunggal.

Santo saa ri ward ay a dining,
muktamate carita punika,
winangun lawan’kususe,
tinurut urutipun,
malar dadya tepa palupi,
rikang karsa amarna,
nenggih jeng Sinuhun,
Pakubuwana ping sapta,
angluluri anggiting rama narpati,
piririhsapangatira.

Tumeraha trus ing wuri-wuri,
warananing murweng kawiryawan,
wahyaning wahyu wiyose,
mawantua rahayu ..,
yuwanane dennya ngayomi,
ring wadya sadayanya,
kasub sabiyantu,
aywa na sangsayanira,
amanggiha suka arja ,
dining dana narendra.

Nihari nalika marteng palupi,
Ttimpak Wage ping gangsal ing Rajab,
lumaksaneng taun Ehe,
Sancaya mangsa catur,
Mandhasiya den-sengkalani,
dadirasa sabdendra,
muga Hyang kang ruhur,
marma martana nugraha,
inistura ing rahmat sang murbeng bumi.

Nanging ta ingkang wayah ing benjing,
kangjeng Panembahan Purbaya,
punika kang madeg rajeng,
umadegipun ratu,
Ngadipala puranireki,
langkung sangsanira,
rikang purwanipun,
wesana luhur kalintang,
anglangkungi ing sama-samaning aji,
umadeg adilira.

………….
sawingking tuwan besuk,
ingkang pasthi umadeg aji,
inggih wayah paduka,
p a nje nenganipun,
ngadhaton ing Adipala,
kilen lepen Semanggi pecane benjing,
sangsaya karatonnya.

Nanging purwane kewala benjing,
sangsayane ingkang panjenengan,
way ah paduka ing tembe,
dining wesananipun,
apan madeg nata dibya di,
netepi adil ing Hyang,
tuhuning pinunjul,
ing sasama-sama nata,
tanah sabrang tan ana kang nyanyameni,
jenenge wayah tuwan.

BABAD TANAH JAWA (VERSI DEMAK)

Babad adalah cerita rekaan (fiksi) yang didasarkan pada peristiwa sejarah, dimana penulisannya biasanya dalam bentuk macapat (tembang/puisi/syair). Salah satu babad yang sangat terkenal adalah Babad tanah jawa, dimana babad ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
Meskipun syarat dengan peristiwa sejarah, sifatnya yang fiksi menempatkan babad sebagai referensi sejarah-imajinatif. Babad memiliki sifat religio-magis dan pekat dengan imajinasi. Sifat itu membuat ahli sejarah berada dalam ragu untuk memakai babad sebagai sumber sejarah yang sahih, dan penggunaannya dalam menggali sejarah menuai pro dan kontra. S. Margana dalam buku Pujangga Jawa dan Bayang-bayang Kolonial (2004) mengungkapkan babad merupakan problematik dalam historiografi modern. Para sejarawan kerap memahami babad sebagai tulisan atau sumber sejarah dalam tendensi subjektif. Para sejarawan yang menolak peran babad sebagai sumber sejarah memiliki argumen bahwa babad rentan dengan bias dalam menggambarkan fakta-fakta sejarah. Babad cenderung menjadi percampuran dari fakta dan mitologi. Para sejarawan yang akomodatif justru menerapkan metode dan metodologi tertentu untuk menjadikan babad sebagai sumber informasi mumpuni ketimbang sumber-sumber kolonial.
Terlepas dari pro-kontra tersebut, babad Tanah Jawi merupakan jejak besar dalam membaca (sejarah) Jawa, salah satu diantaranya adalah sejarah Kesultanan Demak Bintoro. Di salah satu bab dalam babad tanah jawa secara singkat diceritakan sejarah berdirinya Kesultanan demak, bagamana perjalannya, dan bagamaimana kerajaan islam pertama di jawa ini berakhir.
Berikut ini adalah terjemahan bebas dari salah satu bab dalam babad tanah jawa yang berisikan kisah kesultanan demak bintoro. Babad tanah jawa yang diambil di sini adalah Babad tanah jawa yang digubah oleh L. VAN RIJCKEVORSEL -Directeur Normaalschool Muntilan dibantu oleh R.D.S. HADIWIDJANA Guru Kweekschool Muntilan yang diterbitkan pada tahun 1925.
Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang +/- tahun 1500 - 1582
Dimulai di tanah jawa ada agama islam pada tahun antara 1400-1425.
Ditahhun 1292 di tanah Perlak di pulau Sumatra sudah ada orang islam; pada tahun 1300 ada orang islam tiggal di Samudra Pasai. Di penghujung abad ke 14 di Malaka juga sudah ada orang islam. Orang Islam tersebut berasal dari Gujarat. Dari malaka itu, agama Islam tersebar ke Tanah Jawa, Tanah China, Indhiya Buri dan Indhiya Ngarep. Yang menyebarkan islam di Jawa pertama kali adalah Pedagang Jawa dari Tuban dan Gresik, yang sering berdagang di Malaka, mereka belajar agama islam, sehingga islam terkadang agak dipaksa. Para pedagang jawa tadi pulang ke Jawa Timur, pedagang Indhu dan Persia juga ada yang ikut masuk ke sana dan ikut menyebarkan agama islam kepada Masyarakat. Yang terkenal adalah Maulana Malik Ibrahim (Berkebangsaan Persia), meninggal di Gresik pada tahun 1419. Hingga sekarang makamnya masih ada.
Setelah kekuasaan kerajaan Majapahit semakin lama semakin surut, para bupati di pesisir merasa makin besar kekuasaannya. Berani melakukan tindakan sekehendaknya. Para bupati tersebut sepertinya telah memeluk islam sejak memasuki abad 16 (tahun 1500 - 1525). Oleh sebab itu kerap terjadi peperangan dengan para raja agama indhu yang berada di jawa bagian tengah.
Menurut Cerita: Sang Prabu Kertawijaya Majapahit itu telah menikah dengan Putri dari Cempa (Tanah Indhiya Buri). Putri Tersebut adalah bibinya Raden Rahmat atau yang dikenal dengan Sunan Ampel (dekat Surabaya). Sunan Ampel punya anak laki-laki satu yang bernama Sunan Bonang, dan Satu anak perempuan bernama Nyai Gedhe Malaka. Nyai Ghede Malaka itu mertua Raden Patah atau Panembahan Jimbun, yaitu yang disebut Sultan Demak Pertama.
Sunan Ngampel dan Sunan Bonang itu termasuk para wali. Para wali itu yang terkenal : Sunan Giri (sebelah selatan Gresik), ada di sana yasa kedhaton dan Masjid; Ki Pandan Arang (di Semarang) dan Sunan Kali Jaga (di Demak). Pada tahun 1458 di Demak sudah ada Masjid bagus.
Di antara para bupati di pesisir, Pati Unus itu yang paling berkuat. Pati Unus juga disebut Pangeran Sabrang Lor. Dia putra Raden Patah atau Panembahan Jimbun. Tahun 1511 Pati Unus menguasai Jepara, pada tahun 1513 menyerang Malaka. Persiapan yang dilakukan dalam rangka penyerangan tersebut membutuhkan waktu tujuh tahun. Dan bisa mengumpulkan kapal hingga sembilan puluh dan 12 ribu prajurit, juga meriam yang sangat banyak. Akan tetapi perlawanan Portugis sangat sengit, hingga Pati Unus dipaksa mundur pulang tanpa hasil.
Pati Unus pada tahun 1518 juga mengalahkan Majapahit, tapi majapahit waktu itu memang tidak sebesar dulu. Kotanya tidak dirusak, hanya pusaka kerajaan dibawa ke Demak serta Pati Unus mengaku menanti Ratu Majapahit.
Pada tahun 1521 Pati Unus meninggal masih muda dan tidak meninggalkan anak. Yang menggantikannya adalah adik yang tinggal satu yaitu Raden Trenggana, karena adiknya yang satu: Pangeran Sekar Seda Lepen, telah dibunuh oleh anaknya Raden Trenggana yang dijuluki Pangeran Mukmin.
Semasa pemerintahan Sultan Trenggana (Tahun 1521 - 1550) Kerajaan Demak sangat berkuasa sekali, Menguasai tanah Jawa Barat, kota-kota di pesisir utara dan juga merebut jajahan majapahit, serta kerajaan Supit Urang (Tumapel) juga menjadi diperintah oleh Demak. Sementara Blambangan itu milik Bali.
Pelabuhan milik Demak banyak yang ramai,seperti Jepara, Tuban, Gresik, dan Jaratan. Gresik dan Jaratan yang paling ramai, orang yang tinggal di sana ada 23 ribu.
Pada tahun 1546 Sunan Gunung Jati dengan Sultan Trenggana ingin menyerang Pasuruhan. Kota Pasuruhan Lalu dikepung oleh bala tentara, akan tetapi belum sempat menyerang, pengepungan dibatalkan, karena Sultan Trengganan meninggal dicelakai oleh salah seorang saudara santana.
Anak Sultan Trenggana banyak, Anak-anaknya menikah dengan bangsawan - bangsawan besar. Ada yang menikah dengan bupati di Pajang yang bernama Adiwijaya, yaitu Mas Karebet, Ki Jaka Tingkir atau Panji Mas.
Anak Sultan Trenggana ada dua: Pangeran Mukmin atau Sunan Prawata, dan Pangeran Timur yang nantinya menjadi adipati di Madura. Sunan Prawata itu yang membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen.
Anak Pangeran Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang ingin balas dendam kematian bapaknya. Sejak usaha membunuh Pangeran Mukmin beserta istri, kemudian anak menantu Sultan Trenggana tidak berhasil, justru Arya Panangsang diperangi kalah dan mati.
Adiwijawa kemudian menguasai Tanah Jawa: membawa pusaka kerajaan ke Pajan dan kemudian diangkat Sultan oleh Sunan Giri. Ketika Adiwijaya menjadi raja di Pajang, Blambangan dan Panarukan dimiliki Raja Agama Syiwah di Blambangan, yang juga memerintah Bali dan Sumbawa (tahun 1575)
Jajahan-jajahan di pajang diperintah oleh pangeran (adipati) yaitu : Surabaya, Tuban, Pati, Demak, Pemalang (Tegal), Purbaya (Madiyun), Blitar (Kedhiri), Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedhu bagian selatan barat, sebelah barat Bengawan Solo.
Ada di Tanah Pasundhan kerajaan Pajang hampir tidak punya kekuasaan, karena pada tahun +/- 1568 tanah Banten dimerdekakan oleh Hasanuddin mejadi tanah kesultanan.

BABAD TANAH JAWI ( Versi Hoesein Djajaningrat)
Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi! Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722. Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar. Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai jaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng. Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874 ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini. Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli beneran karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa


Minggu, 24 April 2011

SILSILAH KETURUNAN ( versi : 1 - 4 )





SILSILAH KETURUNAN (1) Prabu Browidjojo I
"Noto ing Mojopahit ingkang kaping sekawan"
Menurunkan langsung ke :
Lembu Amisrojo engkang nurunaken Menak Tawang Alun / Adopati Blambangan tuwin Pangeran Lanang Dangiran lan sak-lajengipun nurunaken para pupati Suroboyo.

1. Bhre-Widjaja IV /
    Prabu Kertabumi /
    Prabu Pandansalas


2. Lembu Amisrojo

3. Menak Tawang Aloon /
    Sunan Tawang Aloon /
    Adipati Ing Dyah Hulumblangan

4. Pangeran Lanang Dangiran/
    Kiyai Ageng Brondong Botoputih Surabaya


TENTANG RIWAYAT   K.AGENG BRONDONG / PANGERAN LANAG DANGIRAN.
Menurunkan peputro  :
5. 1. Ki Onggodjojo(nama kecil Gentono)
        Ki Honggodjojo (diangkat Sunan Amangkurat Mataram)
        Setelah Pasuruan dikuasai Untung Suropati Ki Onggodjojo kembali ke Surabaya
        Meninggal usia tua di Botoputih Surabaya

    2. Ki Onggowongso /
        Ki Honggowongso (nama kecil Gentini) 
        Ada yang menyebut nama Widjokromo
        Diangkat Oleh Susuhunan Amangkurat Mataram Kertosuro menjadi Bupati Surabaya
        Bergelar Ki Temenggung Djangrono I
        Wafat tahun 1678 M di Botoputih Surabaya
    3. Nyai Lurah Dhalem Wiroguno
        Istri Pepatih Wiroguno di Kertosuro
    4. Nyai Lundo al. Nyai Udju
    5. Nyai Wongso (Wongsotirto)
    6. Nyai Astro (dari IBU Sumenep/Madura)
    7. Nyai Dadu / Dadut

        Ki Tumenggung Djangrono I / Ki Onggowongso, menurunkan 6 putra dan 2 putri :

        1. Surodrono / Sudirono (Djangrono II)
            Diangkat oleh Paku Buwono I sebagai Adipati Kliwon (wil. pesisir Wetan Gebernur),
            Dan oleh Tjakraningrat diangkat Panembahan Madura sebagai Adipati Wedono seluruh pesisir
            Wetan Tanah Jawa.
           Adipati Kliwon bergelar Kiyai Adopati Djangrono II, wafat Kamis, 20 Pebruari 1709 (17 Besar
           Jawa  / 18 Dzulhijah 1120 Hijriah, jam 9 pagi), di Kendungan Keraton Surokarto, dimakamkan
           Setanan Laweyan

6.    2. Ario Djojopuspito / 
          Wongsonegoro /
          Djangrono III

          Bergelar Kiyai Adipati Tumenggung Djangrono Panotogomo, (Wafat di Japan +/- 1719)
      3. Kiyai Wirodirdjo
          Gugur bersama Ario Djojopuspito dalam peprangan Surabaya tahun 1710 s/d 1723
          (Makam belum diketahui)
      4. Panji Surengrono
          Adipati Lamongan
          (Makam belum diketemukan) 
     5.  Djoko Tangkeban

          Bupati Surabaya, bergelar Kiyai Adipati Tumenggung Djangrono IV
     6. Ki Demang Kertojudo al. Panji Sosronegoro
     7. R Ayu Kaliwungu (Sumowidjojo / Surowidjojo)
     8. R.Ayu Djaleka Tjakraningrat Madura

         Adipati Djojopuspito / Tumenggung Panotogomo / Bupati Surabaya.
         Menurunkan :
7.      R Ario Sindhowongso Surabaya.

8.      R. Hongodiwirjo / Demang Kediri  ><  R.Aj. Sedah Merah


9.  1. R. Abdul Djalil (Penghulu Jambean Kediri)   ><  Rr. Musrigatun / R. Aj Jembluk / Kustiah
         Kiyai Imam Mustoalim
         Kiayai Imam Santoso
         RM. Imam Mujahit Wirjosentono
     2. R Hj Djaenal Mustopo (Penghulu Hakim Kediri)

10.    R. Hadiwidjojo / H. Hamzah  ><  Rr. Mutardiati

11. R. Kodrat Samadikun  ><  Rr. M Sulistiyowati




SILSILAH KETURUNAN (2)

1. R. Patah

2. R. Trenggono III

3. Sultan Muknin (Sunan Prawoto)

4. Penembahan Wirasmoro (Pangeran Sumende)

5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I

6. Pangeran Demang Kediri II (Sumare ing Badal Kediri)

7. Kyai Ageng Abd. Adim (Sumare ing Brodat Kertosono)

8. Kyai Tambak Agung Lemah Putro Suroboyo

9. Kanjeng Penghulu Kamaludiningrat
    (Penghulu Godong Mataram)

10.Kyai Ageng bd. Djabar (Kamaludin), Penghulu Kediri I

11.Kyai Imam Sapingi Penghulu Kediri II

12.Kyai Moh. Supingi (Kamludin), Penghulu Kediri III  >< Nyai SEDAH MERAH (Sumare ing Kediri
     Ngajengipun Pondok Assidiqqiah Jamsaren Kediri, kilen pasar Paing Kediri)

13.R. Aj. Kustiah >< Abd. Jalal, Naib Jambean

14.R. Hadiwidjojo (Sumare ing Ngadiluwih)

15.R. Kodrat Samadikoen (Sumare ing Bendo Pare Kediri)



SILSILAH KETURUNAN (3)
Prabu Browidjojo I
"Noto ing Mojopahit ingkang kaping sekawan"
Menurunkan langsung ke :
Lembu Amisrojo engkang nurunaken Menak Tawang Alun / Adopati Blambangan tuwin Pangeran Lanang Dangiran lan sak-lajengipun nurunaken para pupati Suroboyo.

1. Bhre-Widjaja IV /
    Prabu Kertabumi /
    Prabu Pandansalas

2. Lembu Amisrojo

3. Menak Tawang Aloon /
    Sunan Tawang Aloon /
    Adipati Ing Dyah Hulumblangan

4. Pangeran Lanang Dangiran/
    Kiyai Ageng Brondong Botoputih Surabaya

TENTANG RIWAYAT   K.AGENG BRONDONG / PANGERAN LANANG DANGIRAN.
Menurunkan peputro  :
5. 1. Ki Onggodjojo(nama kecil Gentono)
        Ki Honggodjojo (diangkat Sunan Amangkurat Mataram)
        Setelah Pasuruan dikuasai Untung Suropati Ki Onggodjojo kembali ke Surabaya
        Meninggal usia tua di Botoputih Surabaya
    2. Ki Onggowongso /
        Ki Honggowongso (nama kecil Gentini)
        Ada yang menyebut nama Widjokromo
        Diangkat Oleh Susuhunan Amangkurat Mataram Kertosuro menjadi Bupati Surabaya
        Bergelar Ki Temenggung Djangrono I
        Wafat tahun 1678 M di Botoputih Surabaya
    3. Nyai Lurah Dhalem Wiroguno
        Istri Pepatih Wiroguno di Kertosuro
    4. Nyai Lundo al. Nyai Udju
    5. Nyai Wongso (Wongsotirto)
    6. Nyai Astro (dari IBU Sumenep/Madura)
    7. Nyai Dadu / Dadut

        Ki Tumenggung Djangrono I / Ki Onggowongso, menurunkan 6 putra dan 2 putri :

        1. Surodrono / Sudirono (Djangrono II)
            Diangkat oleh Paku Buwono I sebagai Adipati Kliwon (wil. pesisir Wetan Gebernur),
            Dan oleh Tjakraningrat diangkat Panembahan Madura sebagai Adipati Wedono seluruh pesisir
            Wetan Tanah Jawa.
           Adipati Kliwon bergelar Kiyai Adopati Djangrono II, wafat Kamis, 20 Pebruari 1709 (17 Besar
           Jawa  / 18 Dzulhijah 1120 Hijriah, jam 9 pagi), di Kendungan Keraton Surokarto, dimakamkan
           Setanan Laweyan

6.    2. Ario Djojopuspito /
          Wongsonegoro /
          Djangrono III
          Bergelar Kiyai Adipati Tumenggung Djangrono Panotogomo, (Wafat di Japan +/- 1719)
      3. Kiyai Wirodirdjo
          Gugur bersama Ario Djojopuspito dalam peprangan Surabaya tahun 1710 s/d 1723
          (Makam belum diketahui)
      4. Panji Surengrono
          Adipati Lamongan
          (Makam belum diketemukan)
     5.  Djoko Tangkeban

          Bupati Surabaya, bergelar Kiyai Adipati Tumenggung Djangrono IV
     6. Ki Demang Kertojudo al. Panji Sosronegoro
     7. R Ayu Kaliwungu (Sumowidjojo / Surowidjojo)
     8. R.Ayu Djaleka Tjakraningrat Madura

         Adipati Djojopuspito / Tumenggung Panotogomo / Bupati Surabaya.
         Menurunkan :
7.      R Ario Sindhowongso Surabaya.

8.      R. Hongodiwirjo / Demang Kediri  ><  R.Aj. Sedah Merah


9.  1. R. Abdul Djalil (Penghulu Jambean Kediri)   ><  Rr. Musrigatun / R. Aj Jembluk / Kustiah
         Kiyai Imam Mustoalim
         Kiayai Imam Santoso
         RM. Imam Mujahit Wirjosentono
     2. R Hj Djaenal Mustopo (Penghulu Hakim Kediri)

10.    R. Hadiwidjojo / H. Hamzah  ><  Rr. Mutardiati

11. R. Kodrat Samadikun  ><  Rr. M Sulistiyowati




SILSILAH KETURUNAN (4)
1. R. Patah Sultan Akbar I Bintoro Demak.


2. R. Trenggono Sultan Akbar III Bintoro Demak


3. Sultan Mu'min (Sultan Prawoto) Demak.


4. Panembahan Wirasmoro (Pangeran Sumende)
    Sumare ing Setono Gedong Kediri

5. R. Djalu Pangerang Demang Kediri I


6. Pangeran Demang Kediri II (ing Ngrembang Kediri)
    Sumare ing Badal Nambangan Kediri
    Peputra :
                1. Kyai Ageng Abd. Djabar
                    (Tjorekan Kediri) Sumare ing Ngelam Suroboyo
                     Kiyai Ageng Abd. Djabar Tjorekan Kediri dipun labuh dining Goverment       
                     wonten pelabuhan Kediri / Bandar Kediri, saget mentas ing dukuh Ngelam
                     wonten dukuh ngriku kasebut Kyai Ageng Ngelam Suroboyo.

                     Peputro :
                     1. Kyai Supandjeng Suroboyo
                     2. Kyai Bagong Suroboyo

                2. Kyai  Ageng Abd. Adim  .......  keterangan kode (**........) :

                    Sumare ing Brodat Kertosono
                3. Kyai Ageng Abd. Mursad
                    Sumare ing Tukum Kediri
                    Peputro ( Kyai Abd. Mursad)  :
                    * Kyai Anom Besari
                       Sumare ing Kuncen Caruban Madiun
                       Kyai anom Besari Menurunkan peputro :
                             1. Kyai Chatib Anom
                                 Sumare ing Srigading Kalangbret Tulungagung
                            2. Kyai Mohammad Besari
                                Sumare ing Tegalsari Ponorogo
                           3. Kyai Noer Sodiq Tegalsari Ponorogo
                4. Kyai Ageng Abd. Rochim Ngliman
                5. Kyai Ageng Abd. Salim
                   Adipati Kemten, Sido ing Pasuruan (sumare ing Kundjonmanis)

(**)..........
1. Kyai Ageng Abd. Adim (Brodat Kertosono)
2. Kyai Ageng Abd. Kabul
3. 1. Kyai Ageng Abd. Muslim
        Peputro :
                 1. Kyai Agem Sarkum ing Ngadiluwih
                 2. Kyai Alwi ing Kediri
                 3. Kyai Abd. Rosid ing Kediri
                 4. Kyai Abd. Djoned ing Kediri
                 5. Nyai Sribanun >< Moh. Mansyur (Ketib Keras Kediri)
                 6. H. Abd. Fakih Naib Keras Kediri
     2. Kyai Ageng H. Djainudin
         Peputro :
                  1. KH. Imam Nawawi
                  2. K. Kus muhammad
                  3. K. Mahmud
                  4. K. Abd. Mursad
                  5. K. Djarkasi
                  6. K. Djuremi

SILSILAH KETURUNAN (1&2)





SISILAH PANCER KEDIRI (1)
Sisilah uri-uri leluhur puniko kaserat/revisi dening :

1. R. Fatah Sultan Akbar I Bintoro Demak
2. R. Trenggono Sultan Akbar III Bintoro Demak
3. Sultan Mu'min (Sultan Prawoto) Demak
4. Panembahan Wirasmoro (Pangeran Sumende)
    Sumare ing Setono Gedong Kediri (Jl. Raya Dhoho Kediri kilen stasiun Kediri Kota)
5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I
6. Pangeran Demang Kediri II
    Sumare ing Badal Nambangan / Ngrembang - Ngadiluwih - Kediri
    Peputro :
    1. Kyai Ageng Abd. Djabar Tjorekan (Sumare ing Ngelam Suroboyo)
    2. Kyai Ageng abd. Adim (Sumare ing Brodat/Kertosono)
    3. Kyai Ageng Abd. Mursad (Sumare ing Tukun)
    4. Kyai Ageng Abd. Rochim Ngliman
    5. Kyai Ageng Abd. Salim / Adipati Kemten Sedo ing Pasuruan (Sumare ing Kundjonmanis)
      
       Kyai Abd. Djabar Tjorekan dipun labuh dening Goverment walandi, wonten pelabuhan Kediri
       mentas ing dukuh Ngelam, dedukuh wonten ngriku  kasebat Kyai Ageng Ngelam Suroboyo.
       Peputro :
       1. Kyai Supanjeng Suroboyo
       2. Kyai bagong Suroboyo
      

       Kyai Ageng Abd. Brodat
       Kagungan putro ing Tapan Maduro :
       1. R. Ayu Pangeran Tjokroningrat Madura
       2. Kyai Tambak Agung Lemah Putro Suroboyo :
           Peputro :
           1. Knajeng Penghulu Kamaludiningrat (ing Godong Mataram)
           2. Kyai Ag. Abd. Djabar (Kamludin) ing Kediri I
           3. Kyai Im Sapingi ing Kediri II
           4. Kyai Moh. Sapingi / Kamaludin ing Kediri III :
      
       Kagungan putro garwo Sepuh (RA. SEDAH MERAH) :
       (Sumare ing Kilen Pasar Paing Kediri / Ngajengipun Pondok Pesantren Assidiqiayh Jamsaren Kediri)

       Peputro :
       1. R  Ng. Bukori / kyai Bendungan Brebeg
       2. R. Ng. Abd. Basar Penghulu Sragen
       3. R. Rekso Ngulomo Penghulu Kediri
       4. R. Rekso Prodjo Djakso Kediri
       5. R. Rekso Seputro Naib Papar
       6. R. Nganten Kustiyah (Garwo Abd. Djalal) Naib Djambean
       7. R. Soemoredjo Mantri Negoro Kediri
       8. R. Ng. Burnadi Djuru Serat Srambi Kediri (masjid alun-alun / Kodya Kediri  )
     
       Kagungan putro saking garwo Keter  :
       9.  R. Kyai Mustaman Blitar
      10. R. Im. Sapingi Naib Papar

     Kagungan putro saking garwo Enem :
      11. R. Ng. Sumahun / Moh. Edris,  Penghulu Kediri
      12. R. Ng. Djemblung / R. Ng. Djoko, Naib Kediri I
      13. R.Eoro Bonyok / R. Ng. Burnadi, Naib Kediri II

      Kagungan putro saking garwo Klagenan :
      14. R. Ismangil Ketib/Kotib Senoman Kediri
      15. R. Ng. Adpar Ketib/Kotib  Djojar Kediri

 


SISILAH PANCER KEDIRI (2)

1.  R. Fatah Sulatan Akbar Bintoro Demak I
2. R. Trenggono Sultan Akbar Bintoro Demak III
3. Sultan Mu'min (sultan Prawoto) Demak
4. Panembahan Wirasmoro / Pangeran Sumense (sumare ing Setono Gedong Kediri)
5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I
6. Pangeran Demang Kediri II, ing Ngrembang sumare ing Badal Nambangan.
7. Kyai Ag. Abd. Adim Brodat
    Silsilah Pancer 1 :                                       Silsilah Pancer  2 :
    1. Kyai Ag Kabul                                        1. Kyai Ag. Tambak Agung
    2. Kyai Ag. Muslim                                     2. Kyai Ag. Kamaludiningrat ing Godong
    3. Kyai Sarkum                                           3. Kyai Abd. Djabar Kamludin ing Kediri
    4. Kyai Alwi                                                 4. Kyai Imam Sapingi
    5. Kyai Abd Rosid                                      5. Kyai Djojo Ngulomo
    6. Kyai Abd. Djoned                                   6. Kyai Im Mustaram
    7. Ag. Sribanun                                           7. Kyai Moh. Mansur
    8. H. Abd. Fakih                                          8. H. Abd. Fakih Naib Kras

SISILAH PANCER
Syech Maulono Magribi

1.   Syech Maulono Magribi
2.   Kyai Ag. Tarub II
3.   Sripah Asijah kagarwo   >< R. Bondan Kejawan (putro Brawidjojo Darmarwulan Modjopahit)
4.   Kyai Ag. Getas Pandowo (Kahuripan Purwodadi)
5.   Kyai Ag. Selo, Purwodadi
6.   Kyai Tani  (sumare ing kilen Masdjid Nglawean Solo)
7.   Kyai Ag. Penembahan
8.   Panembahan Senopati Sutowidjojo Ratu Mataram I / Danang
9.   Sultan Agung Tjakrakusumo
      (Prabu Mangkurat Agung Kertosuro, sumare ing Tegalarum)
10. R. Aj. Klenting Wungu kagarwo   ><   Ki. Djogosworo
11. R. Aj. Tumenggung Hodjowongso
12. R. Aj. Djosodipuro Koliwon Banyak
13. R. Aj. Tumenggung SEDAH MERAH kagarwo   ><  Penghulu Kediri
14. R. Aj. Djembluk (Kustijah kagarwo   ><   R P. Abd Djalal / Im. Subroto, Naib Ngadiluwih)
15. R. Ng. Abd Djoned Penghulu Kediri
16. R. Ng. Sribanun kagarwo   >< Moh Mansur, Naib Kras
17. H. Abd. Fakih Naib Kras

MEMORIAL R. KODRAT SAMADIKOEN al. SYADJID SUMEH




















 





MEMORIAL HADI WIDJAJA

    
R. HADIWIDJAJA / H. HAMZAH (Sumare ing masjid Ngadiluwih)




ISLAM JAWA DAN JAWA ISLAM (5)

PULAU JAWA
Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta (tahun 2010), pulau ini merupakan pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa barat. Banyak catatan sejarah Indonesia bertempat di Jawa, dahulu Jawa merupakan pusat kerajaan-kerajaan Hindu_Budha, kesultanan Islam, jantung Hindia Belanda Timur kolonial, dan merupakan pusat kampanye kemerdekaan Indonesia. Pulau ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia. Jawa terbentuk oleh peristiwa-peristiwa vulkanik, Jawa merupakan pulau ketiga terbesar di dunia dan terbesar kelima di Indonesia. Rantai gunung-gunung vulkanik membentuk tulang belakang yang terbentang sepanjang timur hingga barat pulau ini. Jawa menggunakan tiga bahasa utama, meskipun bahasa Jawa dominan dan merupakan bahasa asli dari 60 juta penduduk di Indonesia, jumlah terbesar yang mendiami Jawa. Sebagian besar dari mereka memahami dua bahasa, bahasa Indonesia baik sebagai bahasa pertama maupun ke dua. Sementara itu sebagian besar masyarakat Jawa adalah Muslim, Jawa memiliki percampuran beragam kepercayaan-kepercayaan religius, kesukuan dan budaya. Pulau ini dibagi menjadi empat provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, Jakarta dan Yogyakarta.  
ISLAM DAN JAWA


Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Pengertian Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Nama-nama Walisongo
Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
• Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat
• Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
• Sunan Drajat atau Raden Qasim
• Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq
• Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
• Sunan Kalijaga atau Raden Said
• Sunan Muria atau Raden Umar Said
• Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan guru-murid.
1. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Maulana Malik Ibrahim, keturunan ke-11 dari Husain bin Ali, juga disebut sebagai Sunan Gresik, atau terkadang Syekh Maghribi dan Makdum Ibrahim As-Samarqandy. Maulana Malik Ibrahim diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarqandy, berubah menjadi Asmarakandi. Sebagian cerita rakyat, ada pula yang menyebutnya dengan panggilan Kakek Bantal.
Maulana Malik Ibrahim adalah wali pertama yang membawakan Islam di tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan yang tersisihkan dalam masyarakat Jawa di akhir kekuasaan Majapahit. Misinya ialah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pada tahun 1419, setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, adalah putra Maulana Malik Ibrahim, Muballigh yang bertugas dakwah di Champa, dengan ibu putri Champa. Jadi, terdapat kemungkinan Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dari ayahnya dan Champa dari ibunya. Sunan Ampel adalah tokoh utama penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya untuk Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya.
3. Sunan Bonang dan Sunan Drajat
Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Mereka adalah putra-putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang dan Sunan Drajat merupakan keturunan ke-13 dari Husain bin Ali
4. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung, putra Raden Usman Haji yang belum dapat diketahui dengan jelas silsilahnya. Sunan Kudus adalah buah pernikahan Sunan Ngudung yang menikah dengan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus keturunan ke-14 dari Husain bin Ali, diperkirakan wafat pada tahun 1550.
5. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang.
6. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
7. Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung.
8. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemulah garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan keraton Pajajaran, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.

Tokoh pendahulu Walisongo
• Syekh Jumadil Qubro
Syekh Jumadil Qubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Terdapat beberapa versi babad yang meyakini bahwa ia adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Martin van Bruinessen (1994) menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaluddin Akbar (lihat keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah).
Sebagian babad berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudera Pasai. Dengan demikian, beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya; sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa para Walisongo merupakan keturunan etnis Uzbek yang dominan di Asia Tengah, selain kemungkinan lainnya yaitu etnis Persia, Gujarat, ataupun Hadramaut.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.[2]
• Syekh Maulana Akbar
Syekh Maulana Akbar adalah adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat, dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil dengan nama Syekh Jumadil Kubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah menurut penelitian Martin van Bruinessen (1994), yang menyatakan bahwa nama Jumadil Kubro (atau Jumadil Qubro) sesungguhnya adalah hasil perubahan hyper-correct atas nama Jamaluddin Akbar oleh masyarakat Jawa.
Silsilah Syekh Maulana Akbar (Jamaluddin Akbar) dari Nabi Muhammad SAW umumnya dinyatakan sebagai berikut: Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Jalal Syah, dan Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar).
Menurut cerita rakyat, sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syekh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar kakek Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
Penulis asal Bandung Muhammad Al Baqir dalam Tarjamah Risalatul Muawanah (Thariqah Menuju Kebahagiaan) memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para mubaligh Arab ke Asia Tenggara. Ia berkesimpulan bahwa cerita rakyat tentang Syekh Maulana Akbar yang sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar (dinamakan masyarakat setempat makam Kramat Mekkah), belum dapat dikonfirmasikan dengan sumber sejarah lain. Selain itu juga terdapat riwayat turun-temurun tarekat Sufi di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, meskipun juga belum dapat diperkuat sumber sejarah lainnya.
• Syekh Quro
Syekh Quro adalah pendiri pesantren pertama di Jawa Barat, yaitu pesantren Quro di Tanjungpura, Karawang pada tahun 1428.
Nama aslinya Syekh Quro ialah Hasanuddin. Beberapa babad menyebutkan bahwa ia adalah muballigh (penyebar agama} asal Mekkah, yang berdakwah di daerah Karawang. Ia diperkirakan datang dari Champa atau kini Vietnam selatan. Sebagian cerita menyatakan bahwa ia turut dalam pelayaran armada Cheng Ho, saat armada tersebut tiba di daerah Tanjung Pura, Karawang.
Syekh Quro sebagai guru dari Nyai Subang Larang, anak Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon. Nyai Subang Larang yang cantik dan halus budinya, kemudian dinikahi oleh Raden Manahrasa dari wangsa Siliwangi, yang setelah menjadi raja Kerajaan Pajajaran bergelar Sri Baduga Maharaja. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Pangeran Kian Santang yang selanjutnya menjadi penyebar agama Islam di Jawa Barat.
Makam Syekh Quro terdapat di desa Pulo Kalapa, Lemahabang, Karawang.
• Syekh Datuk Kahfi
Syekh Datuk Kahfi adalah muballigh asal Baghdad memilih markas di pelabuhan Muara Jati, yaitu kota Cirebon sekarang. Ia bernama asli Idhafi Mahdi.
Majelis pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh Nyai Rara Santang dan Kian Santang (Pangeran Cakrabuwana), yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahannya dengan raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu atau dipertemukan dengan Syarif Abdullah, cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah, lahirlah Raden Syarif Hidayatullah kemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Makam Syekh Datuk Kahfi ada di Gunung Jati, satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati.
• Syekh Khaliqul Idrus
Syekh Khaliqul Idrus adalah seorang muballigh Parsi yang berdakwah di Jepara. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh Abdul Khaliq, dengan laqob Al-Idrus, anak dari Syekh Muhammad Al-Alsiy yang wafat di Isfahan, Parsi.
Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Maulana Akbar yang kemudian melahirkan Raden Muhammad Yunus. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu Raden Patah, bergelar Adipati Bin Yunus atau Pati Unus. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.
Bukti dan analisa sejarah bahwa Walisongo keturunan Hadramaut
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid atau Syarif. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut:
• L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien (1886)[6] mengatakan:
”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
• van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204):
”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya."
Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.
• Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.
• Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi'i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi'i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait.
• Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya. 
SENDI UTAMA DALAM ISLAM
Rukun Islam
Rukun Islam terdiri daripada lima perkara:
•    Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah.
•    Menunaikan salat lima kali sehari.
•    Mengeluarkan zakat.
•    Berpuasa pada bulan Ramadan.
•    Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.
Syahadat
Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat (persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang muslim berikut diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.
Makna "La ilaha Illallah"
Yaitu; tidak ada yang berhak diibadahi secara haq di bumi maupun di langit melainkan Allah semata. Dialah ilah yang haq sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Sedang Ilah maknanya ma’bud (yang diibadahi). Artinya secara harfiah adalah: "Tiada Tuhan selain Allah"
Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap Allah sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepadanya. Sebab orang-orang musyrik yang dulu menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para nabi dan wali dan orang soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu merupakan alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Melainkan hanya dengan menggunakan nama-nama dan sifat-Nya, dengan perantaraan amal sholeh yang diperintahkan-Nya seperti salat, shodaqah, zikir, puasa, jihad, haji, bakti kepada orang tua serta lainnya, demikian pula dengan perantara doanya seorang mukmin yang masih hidup dan hadir dihadapannya ketika mendoakan.
Ibadah beraneka ragam:
Di antaranya doa yaitu memohon kebutuhan dimana hanya Allah yang mampu melakukannya seperti menurunkan hujan, menyembuhkan orang sakit, menghilangkan kesusahan yang tidak mampu dilakukan oleh makhluk. Seperti pula memohon surga dan selamat dari neraka, memohon keturunan, rizki, kebahagiaan dan sebagainya.
Semua ini tidak boleh dimohonkan kecuali kepada Allah. Siapa yang memohon hal itu kepada makhluk baik masih hidup atau sudah mati berarti ia telah menyembahnya. Allah ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya berdoa hanya kepada-Nya berikut mengabarkan bahwa doa itu satu bentuk ibadah. Siapa yang menujukannya kepada selain Allah maka ia termasuk penghuni neraka. “Dan Robmu berfirman :
“    Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (yakni berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka dalam keadaan hina dina (Al Mukmin : 60)
Allah ta’ala berfirman mengabarkan bahwa semua yang diseru selain Allah tidak memiliki manfaat atau madhorot untuk seorangpun sekalipun yang diseru itu nabi-nabi atau para wali.
Di antara macam ibadah : Menyembelih binatang, bernadzar dan mempersembahkan hewan kurban.
Tidak sah seseorang bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan cara menyembelih binatang atau mempersembahkan hewan kurban atau bernadzar kecuali hanya ditujukan kepada Allah semata. Barangsiapa menyembelih karena selain Allah seperti orang yang menyembelih demi kuburan atau jin berarti ia telah menyembah selain Allah dan berhak mendapat laknat-Nya.
Di antara bentuk ibadah : Istighotsah (memohon bantuan), istianah (memohon pertolongan) dan istiadzah (memohon perlindungan).
Tidak ada yang boleh dimintai bantuan ataupun pertolongan ataupun perlindungan kecuali Allah saja. Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Al karim :
“    Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan (Al Fatihah:4)    “    Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya (Al Falaq:1-2)  
Di antara bentuk ibadah : Tawakal, Roja (berharap) dan Khusyu'.
Manusia tidak boleh bertawakal selain kepada Allah, tidak boleh berharap selain kepada Allah, dan tidak boleh khusyu' melainkan kepada Allah semata.
Bentuk menyekutukan Allah di antaranya berdoa kepada selain Allah baik berupa orang-orang yang masih hidup lagi diagungkan atau kepada penghuni kubur. Melakukan thowaf di kuburan mereka dan meminta dipenuhi hajatnya kepada mereka. Ini merupakan bentuk peribadatan kepada selain Allah dimana pelakunya bukan lagi disebut sebagai seorang muslim sekalipun mengaku Islam, mengucapkan la ila illallah Muhammad rasulullah, mengerjakan salat, berpuasa dan bahkan haji ke baitullah.
Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa yang tidak boleh disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan tetapi harus ditaati dan diikuti. Siapa yang menaatinya masuk surga dan siapa yang mendurhakainya masuk neraka. Selain itu anda juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan syariat sama saja apakah mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sector maupun mengenai keputusan halal dan haram. Semua itu tidak boleh kecuali lewat utusan Allah yang bisa menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul SAW. Allah ta’ala berfirman :
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Al Hasyr:7)    
 Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati (An Nisa’:65)
Makna kedua ayat :
1.    Pada ayat pertama  Allah memerintahkan kaum muslimin supaya menaati Rasul-Nya Muhammad  pada seluruh yang diperintahkannya dan berhenti dari seluruh yang dilarangnya. Karena beliau memerintah hanyalah berdasarkan dengan perintah Allah dan melarang berdasar larangan-Nya.
2.    Pada ayat kedua Allah bersumpah dengan diri-Nya yang suci bahwa sah iman seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ia mau berhukum kepada Rasul dalam perkara yang diperselisihkan antara dia dengan orang lain, kemudian ia puas keputusannya dan menerima dengan sepenuh hati. Rasul SAW bersabda :
“    Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia tertolak. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya    ”
Amalan yang dianggap termasuk agama namun tidak ada contohnya dari Rasul dikenal dengan istilah bid'ah.
Salat

salat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah mensyariatkan dalam salat, suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk salat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka mensucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.
Salat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati. Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam rangka membiasakannya. Allah ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (An Nisa: 103)
Salat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi ketakutan dan sakit. Ia menjalankan salat sesuai kemampuannya baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali sekedar dengan isyarat mata atau hatinya maka ia  mengkhabarkan bahwa orang yangboleh salat dengan isyarat. Rasul  meninggalkan salat itu bukanlah seorang muslim entah laki atau perempuan. Ia bersabda :
"“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah salat. Siapa yang meninggalkannya berarti telah kafir” Hadits shohih.
Salat lima waktu itu adalah salat Shubuh, salat Dhuhur, salat Ashar, salat Maghrib dan salat Isya’.
Waktu salat Shubuh dimulai dari munculnya mentari pagi di Timur dan berakhir saat terbit matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya. Waktu salat Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-bayangnya. Waktu salat Ashar dimulai setelah habisnya waktu Dhuhur hingga matahari menguning dan tidak boleh menundanya hingga akhir waktu. Akan tetapi ditunaikan selama matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan lenyapnya senja merah dan tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu salat Isya’ dimulai setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan tidak boleh ditunda setelah itu.
Seandainya seorang muslim menunda-nunda sekali salat saja dari ketentuan waktunya hingga keluar waktunya tanpa alasan yang dibenarkan syariat diluar keinginannya maka ia telah melakukan dosa besar. Ia harus bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangi lagi.
Puasa
Puasa pada bulan Ramadan yaitu bulan kesembilan dari bulan hijriyah.
Sifat puasa:
Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian menahan dari makan, minum dan jima’ (mendatangi istri) hingga terbenamnya matahari kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan itu ia menghendaki ridho Allah ta’ala dan beribadah kepada-Nya. Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Di antara yang terpenting :
1.    Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
2.    Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak. Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan akidah dan iman.
Zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.
Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau mata uang kertas yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan segala macam jika nilainya telah mencapai nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala telah berlalu setahun. Nishab biji-bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual dikeluarkan zakat nilainya. Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya. Kadar zakat pada emas, perak dan barang-barang dagangan 2,5 % setiap tahunnya. Pada biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari yang diairi tanpa kesulitan seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau hujan. Sedang 5 % pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat penimba air.
Di antara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir dan menutupi kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara mereka dan orang kaya
Haji
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga :
1.    Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
2.    Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala. 
Arti Definisi / Pengertian Ibadah Haji
Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa untuk melaksanakannya baik secara ekonomi, fisik, psikologis, keamanan, perizinan dan lain-lain sebagainya. Pergi haji adalah ibadah yang masuk dalam rukun islam yakni rukun islam ke lima yang dilakukan minimal sekali seumur hidup. 
Syarat Sah Haji
1. Agama Islam
2. Dewasa / baligh (bukan mumayyis)
3. Tidak gila / waras
4. Bukan budak (merdeka)
Persyaratan Muslim yang Wajib Haji
1. Beragama Islam (Bukan orang kafir/murtad)
2. Baligh / dewasa
3. Waras / berakal
4. Merdeka (bukan budak)
5. Mampu melaksanakan ibadah haji
Syarat "Mampu" dalam Ibadah Haji
1. Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit berat, lumpuh, mengalami sakit parah menular, gila, stress berat, dan lain sebagainya. Sebaiknya haji dilaksanakan ketika masih muda belia, sehat dan gesit sehingga mudah dalam menjalankan ibadah haji dan menjadi haji yang mabrur.
2. Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik haji (onh) pulang pergi serta punya bekal selama menjalankan ibadah haji. Jangan sampai terlunta-lunta di Arab Saudi karena tidak punya uang lagi. Jika punya tanggungan keluarga pun harus tetap diberi nafkah selama berhaji.
3. Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan ibadah haji serta keluarga dan harta yang ditinggalkan selama berhaji. Bagi wanita harus didampingi oleh suami atau muhrim laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.
Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus mengulang di kesempatan berikutnya.
1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf
4. Sa'i
5. Tahallul

PENGERTIAN ISLAM
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”.
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut. Penyebutan Islam dengan Muhammadanisme, Mohammedan Law, Muhammadaansch Recht atau sejenisnya tidak tepat dan dapat membawa kekeliruan arti, karena islam ialah wahyu dari Allah bukan ciptaan Muhammad.
Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:
1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.
3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata kerja. 
Kata kerja asalnya ialah:
a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.
c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri 
Menurut Prof. Muhammad Adnan, arti kata Islam ialah:
a. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALIMA, artinya selamat.
b. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALI, artinya damai, rukun, bersatu.
c. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTASLAMA, artinya tunduk, dan taat kepada perintah Allah dengan memakai dasar petunjuk-petunjuk serta bimbingan ajaran Rasul Muhammad SAW.
d. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTLASAMA, artinya tulus dan ikhlas.
e. Islam jika diambil dari urutan asal kata SULLAMI, artinya tangga untuk mencapai keluhuran derajat lahir dan batin.
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikalAspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini   manusia bersikap berserah diri pada Allah.
2.Aspek horisontal
Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
3.Aspek batiniah
Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.
Hukum-hukum Tuhan di dunia Barat disebut dengan istilah natural law atau hukum alam.
Di dalam ajaran Islam apa yang disebut dengan natural law di dunia barat itu dinamakan sunnatullah. Sunnatulah adalah ketentuan atau hukum-hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta.
Di dalam Islam tidak mengenal konsep sekuler. Islam mengajarkan suatu jalan hidup yang menyeluruh, yang tidak mengecualikan apa pun juga.Sekularisme merupakan nama dari suatu sistem etika dan filsafat yang bertujuan untuk memberi interpretasi atau pengaturan terhadap kehidupan manusia tanpa kepercayaan kepada Tuhan, tidak mempercayai kitab-kitab suci dan tidak percaya pada haris akhir atau kiamat.
Sekularisasi ialah proses pembebasan manusia, pertama dari agama dan kedua dari metafisika yaitu ilmu yang mempelajari berbagai masalah fundamental tentang pengetahuan dan kenyataan, diantaranya adalah masalah eksistensi sesuatu yang disebut ketuhanan. Ini berarti bahwa sekulerisme ialah faham atau aliran dalam filsafat yang secara sadar menolak peranan Tuhan dan wahyu atau agama dalam mengatur hidup dan kehidupan manusia dan memusatkan perhatian semata-mata pada masalah dunia. 
Bentuk sekulerisasi sekarang ada dua, yaitu:
a. Secara formal masih tetap mengakui adanya Tuhan, tetapi Hukum-hukum Tuhan atau moral yang berasal dari agama tidak boleh dipergunakan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia dan masyarakat. Yang dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat hanyalah akal manusia.
b. Faham yang mengingkari adanya Tuhan. Kalau Tuhan tidak diakui ajaran-Nya pun tidak boleh sama sekali mengatur hidup dan kehidupan manusia.
Seorang orientalis terkemuka Cristian Snouk Hurgronje mengatakan “Islam is a religion of law in the full meaning of the word” (Islam adalah agama hukum dalam arti kata yang sebenarnya). Ini berarti bahwa:
1.Selain dari agama islam mengandung norma-norma hukum baik kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah maupun kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam kehidupan masyarakat yang memerlukan bantuan penyelenggara negara untuk dapat dilaksanakan oleh pemeluk agama Islam dengan sempurna.
2.Agama Islam dengan Hukum Islam tidak dapat dipisahkan Posisi Hukum islam sebagai bagian dari agama adalah digunakan sebagai sumber hukum atau hukum yang dicita-citakan (ius constituendum) yang kemudian diaplikasikan dalam masyarakat.
Lebih lanjut lihat Quran S (3). Al Ma-idah ayat 3. Pada hakekatnya harus dibedakan antara pemahanan istilah Agama dengan Dinul Islam, dimana manusia diharapkan bisa melanjutkan tugas Allah sebagai kalifah di muka bumi sesuai dengan kodrat dan iradatNya.
Rukun Iman (pilar keyakinan) ini adalah menurut aliran Islam Sunni terdiri dari:
•    Iman kepada Allah.
o    Patuh dan taat kepada ajaran dan hukum-hukum Allah.
•    Iman kepada malaikat-malaikat Allah.
o    Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta.
•    Iman kepada kitab-kitab Allah.
o    Melaksanakan ajaran kitab-kitab Allah hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an.
o    Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil.
•    Iman kepada rasul-rasul Allah.
o    Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran.
•    Iman kepada hari kiamat.
o    Faham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan.
•    Iman kepada Qada dan Qadar.
o    Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta.
Rukun Iman dibawah ini adalah menurut aliran Islam Syiah terdiri dari:
•    At-tauhid
•    An-nubuwah
•    Al-imamah
•    Al-adhl